catatan dari bola
Di tengah gonjang-ganjing perebutan kursi ketua umum PBSI di dalam negeri, pebulutangkis-pebulutangkis kita tidak terpengaruh saat bertanding di luar negeri. Kompas memberitakan perjuangan pemain-pemain kita di Cina. Berikut petikannya:
Tunggal utama Indonesia, Sony Dwi Kuncoro membuat prestasi gemilang dengan menjuarai China Masters Super Series, Minggu (28/9). Di final di Chanzhou Sports Center, Sony yang diunggulkan di tempat kelima mengalahkan pemain tuan rumah, Chen Jin yang merupakan unggulan empat. Sony menang dalam dua game 21-19 21-18. Sony mengalahkan Chen Jin dalam 51 menit.
Kemenangan ini di China ini sekaligus membuktikan keberhasilan Sony untuk bangkit setelah kegagalan menyakitkan di perempat-final Olimpiade Beijing, Agustus lalu. Berlatih selama tiga pekan setelah kembali dari Beijing, Sony berhasil mebnjadi juara di Jepang Super Series, pekan lalu.
Di Jepang, Sony bukan hanya menjaid juara, namun juga mampu mengatasi traumanya dengan mengalahkan peringkat satu dunia, Lee Chong Wei dari Malaysia.
Sementara di Guangzhou China ini, Sony juga menjadi juara dengan mengalahkan beberapa pemain yang memiliki peringkat di atas diirnya. Di semifinal, Sabtu (27/9) ia menyisihkan unggulan 3, Bao Chunlai 21-12 12-21 21-15. Kemudian di final ia mengalahkan Chen Jin yang merupakan unggulan empat.
Pertemuan Sony dengan Chen Jin di final China Masters ini merupakan pertemuan keempat. Dalam tiga pertemuan sebelumnya, Chen Jin unggul di Hongkong Super Series Desember 2007 dan All England Super Series, Maret 2008. Sementara Sony baru sekali mengalahkan Chen saat keduanya bertemu di Asian Championships, April 2004.
Emas juga diraih lewat ganda putra atas nama unggulan pertama, Markis Kido/Hendra Setiawan. Di final, peringkat satu dunia ganda campuran ini mengalahkan pasangan non-unggulan dari China, Sun Junjie/Xu Chen dalam dua game 21-17 24-22. Markis/Hendra bermain tanpa cela dan menang dalam 31 menit.
Bagi peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 lalu, kemenangan di China ini menjadi semacam pencucian nama setelah kegagalan mereka di Jepang Terbuka Super Series pekan lalu. Di Jepang, Markis/Hendra disingkirkan di babak perempat-final oleh pemain yunior mereka, Yonatan Suryatama Dasuki/Rian Sukmawan.
China sementara merebut dua gelar melalui ganda puteri mereka, Cheng Shu/Zhao Yunlei yang menjadi juara dnegan mengalahkan rekan pasangan Makao, Zhang dan/Zhang Zhibo 21-14 21-11 dalam 29 menit. Smenetara ganda campuran Xie Zhongbo/Zhang Yawen emngahalkan ganda campuran Indonesia, Nova Wudianto/Liliyana Natsir 21-17 21-17.
Sementara di nomor tunggal puteri, pemain Hong Kong, Zhou Mi menjadi juara dengan mengalahkan pemain tuan rumah, Wang Lin. Zhou Mi yang diunggulkan di tempat keenam ini mengalahkan lawannya 21-19 19-21 21-16 dalam 1 jam 6 menit.
Komentar
Prestasi yang patut diacungi jempol, walau memang tidak terasa lengkap bagi Sonny yang gagal di Olimpiade Beijing. Ini juga membuktikan pemain telah terpacu dari evaluasi yang telah dilakukan dan tentu hadiah yang diberikan. Bisa juga terpacu oleh kondisi di Tanah Air dengan melihat calon ketua umum yang berbobot. Siapa ya? Bisa ditebak adalah Panglima TNI, Jendral TNI Joko Santoso.
Kerinduan seorang panglima menjadi ketua umum induk cabang olahraga memang terasa. Di PBSI, setelah Pangab Try Sutrisno, tidak ada lagi Panglima (sekarang Panglima TNI) yang menjadi ketua umum PBSI. Lawan Panglima sekarang ini adalah mantan pebulutangkis nasional yang kontrovesial, Icuk Sugiarto.