Jangan Berbuka shaum Dengan Yang 'Manis'
Banyak anjuran bahwa dalam berbuka puasa disunnahkan untuk "Berbuka Puasa dengan yang Manis"
Di bulan shaum ini, sering kita dengar kalimat 'Berbuka shaumlah dengan makanan atau minuman yang manis,' katanya. Konon, itu dicontohkan Rasulullah saw. Benarkah demikian?
Nabi Muhammad Saw berkata : "Apabila berbuka salah satu kamu, maka hendaklah berbuka dengan kurma. Andaikan kamu tidak memperolehnya, maka berbukalah dengan air, maka sesungguhnya air itu suci."
Nah. Rasulullah berbuka dengan kurma. Kalau tidak mendapat kurma, beliau berbuka shaum dengan air.
"Samakah kurma dengan 'yang manis-manis' ? Tidak. Kurma, adalah karbohidrat kompleks (complex carbohydrate) .
"Sebaliknya, gula yang terdapat dalam makanan atau minuman yang manis-manis yang biasa kita konsumsi sebagai makanan berbuka puasa, adalah karbohidratsederhana (simple carbohydrate) .
Darimana asalnya sebuah kebiasaan berbuka dengan yang manis?
Tidak jelas. Malah berkembang jadi waham umum di masyarakat, seakan-akan berbuka shaumdengan makanan atau minuman yang manis adalah 'sunnah Nabi'.
Sebenarnya tidak demikian. Bahkan sebenarnya berbuka shaum dengan makanan manis-manis yang penuh dengan gula (karbohidrat sederhana) justru merusak kesehatan.
"Kurma, dalam kondisi asli, justru tidak terlalu manis."Kurma segar merupakan buah yang bernutrisi sangat tinggi tapi berkalori rendah, sehingga tidak menggemukkan. Tapi kurma yang didatangkan ke Indonesia dalam kemasan-kemasan di bulan Ramadhan sudah berupa 'manisan kurma', bukan lagi kurma segar. Manisan kurma ini justru ditambah kandungan gula yang berlipat-lipat kadarnya agar awet dalam perjalanan ekspornya. Sangat jarang kita menemukan kurma impor yang masih asli dan belum berupa manisan. Kalaupun ada, sangat mungkin harganya menjadi sangat mahal.
"Kenapa berbuka shaum dengan yang manis justru merusak kesehatan?"Ketika berpuasa, kadar gula darah kita menurun.
Kurma, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, adalah karbohidrat kompleks, bukan gula (karbohidrat sederhana). Karbohidrat kompleks, untuk menjadi glikogen, perludiproses sehingga makan waktu.Sebaliknya, kalau makan yang manis-manis, kadar gula darah akan melonjak naik, langsung. Bum. Sangat tidak sehat. Kalau karbohidrat kompleks seperti kurma asli, naiknya pelan-pelan.
Mari kita bicara 'indeks glikemik' (glycemic index/GI) saja. Glycemic Index(GI) adalah laju perubahan makanan diubah menjadi gula dalam tubuh. Makin tinggi glikemik indeks dalam makanan, makin cepat makanan itu dirubah menjadi gula, dengan demikian tubuh makin cepat pula menghasilkan respons insulin.Para praktisi fitness atau pengambil gaya hidup sehat, akan sangat menghindari makanan yang memiliki indeks glikemik yang tinggi. Sebisa mungkin mereka akan makan makanan yang indeks glikemiknya rendah. Kenapa?Karena makin tinggi respons insulin tubuh, maka tubuh makin menimbun lemak.Penimbunan lemak tubuh adalah yang paling dihindari mereka.
Nah, kalau habis perut kosong seharian, lalu langsung dibanjiri dengan gula(makanan yang sangat-sangat tinggi indeks glikemiknya) , sehingga responinsulin dalam tubuh langsung melonjak. Dengan demikian, tubuh akan sangat cepat merespon untuk menimbun lemak.
”Sebaiknya bila berbuka puasa, jangan makan apa-apa dulu. Minum air putih segelas, lalu sholat maghrib. Setelah shalat, makan nasi seperti biasa".. Jangan pernah makanyang manis-manis, karena merusak badan dan bikin penyakit. Itu jawaban dokter yang paham tentang masalah ini suatu kali ditanya.
Kenapa bukan kurma? Sebab kemungkinan besar, kurma yang ada di Indonesia adalah 'manisan kurma', bukan kurma asli. Manisan kurma kandungan gulanya sudah jauh berlipat-lipat banyaknya.
"Kenapa nasi? Lha, nasi adalah karbohidrat kompleks."Perlu waktu untuk diproses dalam tubuh, sehingga respon insulin dalam tubuhjuga tidak melonjak. Karena respon insulin tidak tinggi, maka kecenderungan tubuh untuk menabung lemak juga rendah.
Inilah sebabnya, banyak sekali orang di bulan shaum yang justru lemaknya bertambah di daerah-daerah penimbunan lemak: perut, pinggang, pantat, paha,belakang lengan, pipi, dan sebagainya. Itu karena langsung membanjiri tubuh dengan insulin, melalui makan yang manis-manis, sehingga tubuh menimbun lemak, padahal otot sedang mengecil karena puasa.Pantas saja kalau badan kita di bulan Ramadhan malah makin terlihat seperti'buah pir', penuh lemak di daerah pinggang. Karena waham umum masyarakat yang mengira bahwa berbuka dengan yang manis-manis adalah'sunnah', maka shaum bukannya malah menyehatkan kita.
Banyak orang di bulan shaum justru menjadi lemas, mengantuk, atau justru tambah gemuk karena kebanyakan gula. Karena salah memahami hadits di atas,maka efeknya 'rajin shaum= rajin berbuka dengan gula..'
Nah, saya kira, 'berbukalah dengan yang manis' itu disosialisasikan oleh slogan advertising banyak sekali perusahaan makanan di bulan suci Ramadhan.
Kalau ingin sehat, ikuti saja kata Rasulullah:"Makanlah hanya ketika lapar, dan berhentilah makan sebelum kenyang." Juga, isisepertiga perut dengan makanan, sepertiga lagi air, dan sepertiga sisanya biarkan kosong untuk bernafas.
Kebenaran hanya milik Allah Swt, Semoga bermanfaat.
sumber: milist pks