Membaca berita akhir-akhir menjadi lebih menarik, setidak bagi saya, yang sedang ditunggu-tunggu kemana arah PKS melangkah berkoalisi,
Peta koalisi partai-partai politik menyambut Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 masih terus berubah, terutama baik di Blok S (SBY). Peta koalisi Partai Demokrat makin tidak jelas setelah rencana kembalinya Golkar ke pangkuan SBY menguat. PKS dan PAN kembali 'bermain'.
Berubahnya peta koalisi di Demokrat semakin mencair setelah Golkar ikut mendekat. Sebelumnya, sedikitnya ada 3 parpol bersuara cukup besar yang sudah solid mendukung Demokrat. Yaitu PKS (diprediksi memiliki 8,4% suara), PAN (diprediksi memiliki 6,6% suara), dan PKB (diprediksi memiliki 5,1% suara).
PKB satu-satunya parpol yang sudah terang-terangan dan masih konsisten untuk bergabung dengan Demokrat untuk membentuk pemerintahan di bawah SBY. Hingga saat ini,
deal-deal dengan Demokrat terus dilakukan PKB. PKB meminta jatah menteri lebih dari dua kursi.
PKS juga terang-terangan condong berkoalisi dengan Demokrat. Apalagi suara dari massa akar rumput menginginkan PKS berjuang bersama Demokrat. Dorongan ini menguat seiring menguatnya wacana duet SBY-Hidayat Nurwahid (HNW).
Sedangkan PAN, meski terlihat lebih 'pendiam', namun menurut sumber detikcom, partai berlambang Matahari Terbit ini sebenarnya sudah mengarah ke Demokrat. Salah satu faktor yang membuat PAN melirik SBY, selain karena Demokrat merupakan pemenang Pemilu 2009, juga karena pada pemerintahan 2004-2009, PAN juga sudah mendudukkan dua menterinya di kabinet SBY. Selain itu, PAN juga sudah memprediksi SBY akan terpilih lagi sebagai presiden 2009-2014.
Hingga dua hari setelah pemilu berlangsung, Partai Golkar yang diprediksi meraih sekitar 14,5% persen suara belum bersuara dengan jelas akan berkoalisi dengan siapa. Namun, melalui rapat-rapat internal secara maraton selama beberapa hari, akhirnya Golkar memperlihatkan arah koalisi dengan Demokrat. Bahkan, Golkar dikabarkan sudah menyorongkan formula koalisi, termasuk posisi Wapres dan beberapa kursi menteri. Jusuf Kalla (JK) yang sebelumnya memiliki jargon 'lebih cepat lebih baik', sepertinya memang semakin mantap untuk lebih cepat dan lebih baik untuk kembali ke SBY.
Masuknya Golkar ke gerbong Demokrat membuat dua parpol yang sudah memberi sinyal jelas untuk berkoalisi dengan Demokrat kembali 'bermain'. PKS bahkan mengancam akan keluar dari koalisi bila SBY menjadikan JK sebagai cawapres. Rencana pertemuan PKS dengan Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto pun dirancang, meski hingga Rabu (15/4/2009), pertemuan itu tidak jelas.
Sementara PAN yang belum memiliki langkah lebih jauh berkoalisi dengan Demokrat, terlihat lebih menunggu dan melihat (wait and see). Untuk meningkatkan daya tawar, PAN sepertinya akan bermain di atas lebih dari satu kaki. Rencananya, hari ini, PAN bertemu Prabowo. Wacana duet Prabowo-Soetrisno Bachir (SB) juga dimunculkan.
Sedangkan PKB sepertinya masih tetap lengket dengan Demokrat, meski ada rencana Golkar akan bergabung. PKB makin memperlihatkan tidak memiliki pilihan lain. Namun, isu yang berkembang, keinginan PKB ke Demokrat lebih pragmatis: mengincar kursi menteri. Muhaimin Iskandar, sang ketua umum, diprediksi tidak akan bisa melaju ke Senayan dan akan diajukan sebagai calon menteri.
PPP yang pada pemerintahan 2004-2009 berada di pemerintahan SBY, jauh-jauh hari memperlihatkan untuk bercerai dengan Demokrat. Bahkan sebelum Pemilu 9 April 2009, partai berlambang Ka'bah ini sudah menggaungkan membentuk Golden Triangle, koalisi bersama PDIP dan Golkar.
Namun, seusai Pemilu dan diprediksi perolehan suaranya turun, PPP terlihat bingung. Ketua Umum PPP Suryadharma Ali masih mencoba untuk merealisasikan Golden Triangle, namun Golkar sepertinya sudah tidak tertarik. PPP terlihat pecah, karena faksi lain di PPP seperti Sekjen PPP Irgan Chairul Mahfiz yang berasal dari unsur Muslimin Indonesia (MI) lebih tertarik berkoalisi dengan SBY. Singkatnya, arah koalisi PPP makin tidak jelas.
Bagaimana Partai Bulan Bintang (PBB)? Partai yang dipimpin Yusril Ihza Mahendra dan MS Kaban ini makin keriput saja. Hasil quick count menunjukkan perolehan suara PBB di bawah 2%, sehingga diprediksi partai ini tidak bisa mendudukkan wakilnya di DPR. Namun, setelah memperlihatkan ingin bercerai dengan SBY, namun partai ini juga ingin kembali ke SBY, meski daya tawarnya makin rendah dibanding 2004 lalu.