Catatan dari bola.
Bencana ekonomi yang bersumber dari Amerika Serikat akhirnya merembet ke mana-mana. Perusahaan asuransi AIG kolaps, bagaimana nasib Manchester United (MU) yang disponsosi mereka? Bagaimana pula dengan dampak krisis global ini kepada dunia olahraga?
AIG mengikuti jejak bank Amerika Serikat, Lehman Brothers, yang mengalami krisis keuangan.
Mereka masih memiliki sisa kontrak selama dua tahun dengan MU dengan nilai 56,5 juta poundsterling.
Saham AIG terjun bebas sebanyak 61 persen hingga nilai 4,76 dolar. Secara keseluruhan, mereka telah kehilangan 93 persen dari nilai mereka dalam satu tahun.
Terlepas dari krisis finansial besar, MU, salah satu klub paling terkenal di dunia, saat ini menjadi jawara Inggris dan Eropa, setidaknya masih menjadi obyek menarik bagi calon penyokong dana.
"Nilai sponsor kostum nampaknya akan bertahan baik di Liga Premier juga di Jerman," ujar Simon Chadwick, profesor strategi bisnis olahraga di Universitas Coventry.
"Hal ini nampaknya menjadi permasalahan di luar Liga Premier namun dalam pandangan saya jika Manchester United harus mencari sponsor baru, mereka hampir pasti akan mendapatkannya dengan mudah.”
"MU saat ini adalah jawara Eropa dan Liga Premier, jadi mereka berada di posisi yang lebih baik. Permasalahan bagi MU adalah mencari sponsor yang tepat dengan operasi global sebagai partner, memberikan cakupan global bagi klub, sesuatu yang dilakukan dengan tepat oleh AIG saat ini," imbuhnya.
Sementara itu, klub Liga Premier lainnya, West Ham mengakui bahwa mereka tidak memiliki dana untuk menambah pemain setelah bangkrutnya bank Islandia, Landsbanki.
Pemilik klub, Bjorgolfur Gudmundsson, merupakan pemegang saham terbesar, baik di West Ham mau pun Landsbanki. Selasa (8/10) kemarin, Gudmundsson dipecat dari jabatannya sebagai pimpinan Landsbanki.
Wakil Ketua Asgeir Fridgeirsson mengatakan, kecil kemungkinan Gudmundsson akan mau mengeluarkan dana baru untuk membeli pemain baru saat jendela transfer dibuka Januari mendatang. Namun ia menegaskan pihaknya tidak punya niat samasekali untuk menjual klub.
Sebelumnya, manajer The Hammers, Gianfranco Zola, mengaku sudah dijanjikan dana segar untuk membeli pemain saat ia mengambil alih jabatan tersebut pada 11 September lalu.
"Bila kita butuh perubahan, saya yakin ada dukungan dari dewan," kata Zola saat itu.Namun dalam pernyataan tertulis, Selasa (8/10), eksekutif kepala West Ham, Scott Duxbury, dana segera akan dikucurkan apabila telah dilakukan perubahan terhadap tim yang ada saat ini.
"Sejak penunjukannya, Gianfranco Zola telah mengatakan bahwa tim utama terlalu banyak dan harus dikurangi. Dengan demikian ia dapat bekerja lebih efektif.""Jika ini telah terjadi dan jika manajer menginginkan pemain baru, klub akan membelinya.
Tuan Gudmundsson tetap berkomitmen terhadap kesuksesan klub dan membangun awal yang baik bersama Gianfranco Zola.
"Duxbury dan Fridgeirsson juga menegaskan tidak akan menjual klub saat ini.
"Saat ini ia tidak merasa perlu untuk menjual klub," kata Fridgeirsson.
Sebelumnya, media massa menyebut jutawan asal India, Anil Ambani tertarik untuk membeli West Ham dan menyebut harga yang ditawarkan oleh pihak West Ham adalah 150 juta poundsterling.Menurut penilaian Chadwick bahwa West Ham United tidak akan membutuhkan waktu lama untuk pulih dari kebangkrutan sponsor mereka, XL Holidays, yang mundur dari kesepakatan setelah hanya satu tahun dari tiga tahun kontraknya bersama West Ham senilai 7,5 juta pounds.
***
Dua persoalan di atas yang dikutip dari berbagai media itu merupakan warna dari gonjang-ganjing krisis global yang bersumber dari krisis keuangan di Amerika Serikat.
Ternyata krisis itu dapat berdampak luas termasuk ke bidang olahraga. Contoh di atas baru dalam klub sepakbola.
Olahraga lain yaitu balap mobil F-1 muncul pula berita serupa. Salah satunya dari Gerhard Berger, co owner tim Toro Rosso. Menurut Berger, tim-tim GP F1 sangat membutuhkan dukungan keuangan dari sponsor untuk menjalankan tim mereka.
Uang dari sponsor ini akan digunakan untuk pengembangan tim mereka.Selain itu, biaya transportasi mengelilingi berbagai belahan dunia membutuhkan banyak biaya. Berger yakin, jika tidak diatasi secepatnya, tim-tim GP F1 akan mengalami kesulitan keuangan untuk dua tahun mendatang.“Saya kira, krisis ini akan berpengaruh bagi kami semua.
Saya kira, saat ini situasinya akan lebih sulit. Jika Anda melihat sponsor baru yang masuk di GP F1, selalu pasang surut, terutama untuk tim-tim besar,” kata Berger.Demikian juga Christian Horner dari Red Bull Racing Team, sependapat dengan Berger. Menurut Horner, tim-tim GP F1 dan FIA akan bekerja keras agar bisa menutup kesulitan keuangan, terutama untuk menjaga kelangsungan balapan ini.“Ekonomi global yang terjadi saat ini tidak terlalu bagus perkembangannnya dan semua itu akan berpengaruh pada kami.
Kini, kami hanya berharap kita bisa melakukan kerja sama dengan otoritas tertinggi untuk memastikan, kami bisa mempertanggungjawabkan, apa yang kami lakukan dengan biaya yang ada,” tukas Horner.Horner yang berbicara di Singapura menjelang balapan malam di GP F1 Singapura lalu itu menambahkan, dengan banyaknya even, menjadi salah satu cara agar balapan ini bisa tetap digelar, terutama saat krisis keuangan menerpa seluruh belahan dunia.“Balapan seperti ini sungguh penting dan kuat bagi GP F1 dan ini menunjukkan jika balapan ini bisa menjadi pemicu para sponsor untuk kembali bergabung. Saya kira, balapan malam seperti ini memiliki aspek yang sangat positif,” imbuh Horner.
***
Melihat kenyataan di atas bukan hanya sepakbola dan F-1 saja yang bakal diserang. Bukan tak mungkin cabang-cabang lain yang melibatkan sponsor besar di dalamnya terkena dampaknya. Bagaimana dengan Indonesia?Yang baru terasa adalah perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia yang sempat ditutup pada Rabu siang kemarin.
Tapi, bukan tak mungkin pula virus ini akan menjalar ke berbagai bidang termasuk olahraga di dalamnya.Sebentar lagi akan diselenggarakan pesta olahraga pantai Asia (Asian Beach Games/ABG) yang melibatkan 45 negara. Memang bakal terselenggara, tapi hampir dipastikan nilai jualnya akan tenggelam oleh berita tentang krisis keuangan yang di Amerika dianggap terbesar setelah kejadian serupa tahun 1929.
Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault sudah menyatakan bahwa ABG tidak akan terkena imbas krisis global. Tapi siapa percaya omongan ini? Atasannya saja, Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat berbicara kalau krisis ini tidak akan singgah di Indonesia, eh ternyata bursa saham di Indonesia anjlok hingga 11 persen.
Presiden kita Susilo Bambang Yudhoyono sudah dua kali menggelar sidang paripurna kabinet yang diperluas dengan pengusaha-pengusaha negeri ini. Artinya dampak krisis di negeri Paman Sam itu sudah muncul di Tanah Air.Karena sumbernya dari Amerika Serikat berupa kredit macet di sektor perumahan dan investasi sehingga mengakibatkan pemerintah George W Bush me-bailout lewat dana 700 miliar dolar AS, maka yang akan cepat berdampak adalah kegiatan-kegiatan olahraga ke luar negeri.
Biaya pengiriman atlet akan menjadi mahal, sementara sponsor berpikir ulang kali jika melakukan transaksi. Bagi atlet yang bertanding di luar, yang paling jitu adalah dengan prestasi tinggi untuk mengambil hadiah yang umumnya berjenis dolar. Nilai dolar akan merambat naik.Sementara itu, klub-klub sepakbola Liga Indonesia yang sudah terombang-ambing akibat dana APBD, maka seperti pepatah sudah jatuh tertimpa tangga. APBD hilang, dolar pun akan melayang ke tangan-tangan pemain asing.Walau agak berbeda sifat krisisnya, pengalaman tahun 1998 merupakan guru berharga agar kita lolos dari sergapan ini. Yo, bersatu!